Oleh: Pdt. Simeon Kudadiri, STh.
PENDAHULUAN
"Ai kene simatah daging i, kessa siharapenken!"
Kalimat ini sangat sering kita dengar dari pembicaraan para orang tua kita masing-masing. Pesannya jelas, yakni mewariskan tugas dan tanggungjawab kepada pemuda sebagai generasi penerus. Harapan tadi disampaikan lewat beragam media. Mulai dari meja makan, ruang kelas, altar gereja, forum seminar sampai ke pidato politik.
Semua itu bukan tanpa alasan logis. Siapalah pula yang mudah menepis rasa khawatir saat ini. Zaman seolah menggiring pemuda ke tepi jurang ketidakpastian. Antara garang dan gamang, mereka meniti hidup yang terjal dan penuh liku. Dengan modal mental yang boleh dikata masih rapuh mereka harus menyongsong badai kenikmatan lahiriah yang membius.
PEMBERDAYAAN SIMATAH DAGING (PEMUDA/I) DALAM PELAYANAN GEREJA
Fakta banyak berbicara. Pemuda paling mudah disergap perilaku sesat yang berujung di dermaga kehancuran. Dunia mereka di persimpangan jalan manis menuju gereja dan jalan maut menuju penjara. Dan antrean di sepanjang jalur terakhir ini lebih banyak dijejaki oleh pemuda. Sebaliknya iring-iringan pemuda menuju gereja yang kian sedikit.