Oleh: Pdt. Simeon Kudadiri, STh.
PENDAHULUAN
"Ai kene simatah daging i, kessa siharapenken!"
Kalimat ini sangat sering kita dengar dari pembicaraan para orang tua kita masing-masing. Pesannya jelas, yakni mewariskan tugas dan tanggungjawab kepada pemuda sebagai generasi penerus. Harapan tadi disampaikan lewat beragam media. Mulai dari meja makan, ruang kelas, altar gereja, forum seminar sampai ke pidato politik.
Semua itu bukan tanpa alasan logis. Siapalah pula yang mudah menepis rasa khawatir saat ini. Zaman seolah menggiring pemuda ke tepi jurang ketidakpastian. Antara garang dan gamang, mereka meniti hidup yang terjal dan penuh liku. Dengan modal mental yang boleh dikata masih rapuh mereka harus menyongsong badai kenikmatan lahiriah yang membius.
PEMBERDAYAAN SIMATAH DAGING (PEMUDA/I) DALAM PELAYANAN GEREJA
Fakta banyak berbicara. Pemuda paling mudah disergap perilaku sesat yang berujung di dermaga kehancuran. Dunia mereka di persimpangan jalan manis menuju gereja dan jalan maut menuju penjara. Dan antrean di sepanjang jalur terakhir ini lebih banyak dijejaki oleh pemuda. Sebaliknya iring-iringan pemuda menuju gereja yang kian sedikit.
Pemuda adalah Darah Gereja
Sulit menyanggah peran pemuda menjaga kelangsungan hidup gereja. Mereka itu darah gereja, termasuk GKPPD. Suka atau tidak, institusi gereja akan kering tanpa pemuda. Posisi suatu Jemaat lebih mudah terbaca di dalam “peta” GKPPD jika pemudanya aktif. Di lingkungan GKPPD sendiri ada Jemaat yang aktivitasnya tergantung pada pemuda. Tanpa mereka, GKPPD tak ubahnya artefak bisu, setidaknya dalam tampilan fisik.
Sebagai “darah” gereja maka sifat aktivitas pemuda sangat dinamis. Persis seperti darah dalam tubuh manusia, mereka terus bergerak untuk menyalurkan makanan ke seluruh jaringan Jemaat. Artinya, mereka diharapkan mampu menjadi pelaku aktif kegiatan pelayanan di setiap organ tubuh Jemaat (baca: seksi-seksi kategorial atau ritual-ritual gereja). Bahkan kegiatan itu sampai ke hal-hal yang kecil, tak ubahnya darah yang mengalir hingga ke ujung jari.
Tentu ada syaratnya. Darah mengalir di lorong-lorong pembuluhnya. Pemuda juga melayani karena – atau kalau – ada saluran yang tepat. Saluran mampat, tentu membuat darah menggumpal.
Memang di sinilah soalnya. Disadari bahwa di pundak pemuda diletakkan harapan tinggi. Tetapi “ruang” untuk mewujudkan harapan tadi cenderung sempit. Ada perasaan gamang dalam diri mereka. Bersandar pada tubuh GKPPD semata untuk mencari pengalaman partonduyon mungkin tidak sepenuhnya tercapai. Lebih tidak logis lagi, misalnya, jika memosisikan GKPPD sebagai arena peningkatan kompetensi berorganisasi. Kita tidak perlu malu mengakui, sebab memang sudah jadi rahasia umum.
Sejatinya peran konkret pemuda dalam gereja belum disebut secara jelas. Kalau AD/ART GKPPD dibaca secara jeli, tampak peran pemuda tidak disorot secara khusus. Semuanya serba generik. Maka tidak heran kalau kegiatan utama mereka selama ini terus berputar di sekitar peran-peran berikut: si jaka endhe, pengisi koor, si cekep organ, panitia retreat, si jalo peddah dan tugas-tugas, atau si palu giring-giring!
Peran figuran alias remeh-remeh? Tentu tidak sepenuhnya demikian, sebab kegiatan inti gereja memang berkisar di situ. Naif kalau berharap untuk mendongkrak peran itu ke pusat-pusat jabatan. Toh tidak ada jabatan duniawi yang mau dikejar di GKPPD. Apalagi kalau hanya sekedar jabatan Sintua.
Gereja, Keberadaan dan Fungsinya
Gereja sebagai persekutuan orang-orang yang terpanggil,walaupun tidak ada persetujuan para ahli tentang apakah terminologi ekklesia berasal dari idea ‘to call out’ (memanggil keluar) sebagai hasil dari kombinasi dua-kata ek-kaleo (Ekklesia adalah secular word dalam bahasa Yunani, biasanya berarti a gathering or assembly. Tapi orang Kristen mula-mula yang adalah berbahasa Yunani mengerti diri mereka sebagai ekklesia/or ekklesia tou theou berdasarkan pengertian dari “qahal Yahweh” dalam PL, lihat Robert Nelson, dalam bukunya The Realm of Redemption.
Jadi pengertian singkat akan gereja adalah persekutuan orang-orang yang percaya kepada Tuhan yaitu Yesus Kristus.
Gereja bukanlah kerumunan. Dalam perkumpulan atau kerumunan orang-orang bisa saja tidak saling kenal dan tidak saling peduli. Berbeda dengan gereja yang didalamnya ada satu tuntutan yang mana setiap individu ‘hadir’ didalam persekutuan itu. Ke’hadir’an’ itu menuntut agar setiap individu meninggallkan ‘aku’nya dan kemudian menjadi kita. Istilah kita menandakan bahwa setiap individu didalam ‘kita’ tersebut sudah saling kenal dan saling peduli.
Namun berdasarkan motif dari pemanggilan Allah (Band. Pemanggilan Abraham di Kej 12:1-4; Yes 42:6) yang bertujuan agar orang yang terpanggil harus hidup berdasarkan ajaran Allah (Eph 1:18; 4:1,4; 1 Tes 2:12; 1 Tim 6:12; Gal 5:8; 1 Pet 2:21); hidup dalam kesucian (1 Tes 4:7; 1 Pet 1:15; menjadi saksi Allah (1 Pet 2:9); menjadi berkat bagi orang lain (1 Pet 3:9); harus selalu belajar semakin mengenal Allah agar kita dapat bertumbuh kokoh dan dewasa dalam pemanggilan dan pilihan kita (2 Pet 1:3,10); orang yang dipanggil adalah bebas (hubungkan in dengan idea lahir kembali ) dan sekarang hanya menjadi kepunyaan Allah semata (1 Kor 7:22; Gal 5:13; Rom 1:6); orang orang yang terpanggil haruslah hidup setia kepada Allah sebagaimana Allah adalah setia (Ibr 3:1; Wah 17:14; 1 Tes 5:24], dan ide dari “memanggil ke luar” berarti melakukan pelayanan ke Allah dan manusia. Menjadi gereja berarti aktif dalam ibadah kepada Allah dan mewujudkan panggilan itu sehingga aspek dari koinonia, diakonia, dan menjadi saksi ke dunia (marturia) nyata ada. Melalui ketiga aspek inilah gereja berperan dalam mengarahkan dan mempersiapkan pemuda dalam menghadapi tantangan kini dan di sini.
Pemuda sebagai Bagian dari Persekutuan Gereja
Pemuda adalah bagian dari koinonia, sehingga ia masuk dalam persekutuan kategorial. Dalam persekutuan in mereka di arahkan melalui PA, kebaktian pemuda, katekisasi dan percakapan pastoral. Melalui program diakonia gereja, pemuda ditingkatkan daya saingnya sehingga mampu berkompetisi di level local, nasional dan internasional (peningkatan SDM).
Peran gereja dalam mempersiapkan dan membantu pemuda dalam menghadapi tantangan ini haruslah dilandaskan atas aspek agape (lihat: Mat 22:34-40; Mark 12:28-34; Luk 6:27-36; 10:25-28; 1 Kor 13; dan idea dari kesatuan (oneness) [lihat Ep 2: 11-22; 4:1-16; 1 Kor 12; band Rom 12:1-8; Fil 2:1-11; 1 Pet 3:8-12; Yoh 17:20-26; Kis 4:32-37) yang adalah sangat penting dalam mengerti akan apa itu gereja. Sehingga ada pernyataan bahwa dalam gereja, jemaat haruslah saling menopang dan menolong (Mat 6: 1-4; 2 Kor 8-10; Gal 6: 1-10; 1 Pet 4:9; 3 Jn 1:5-12; Kis 2:41-47), haruslah saling mengajar dan mengingatkan(1 Tes 5:12-22; 2 Tes 2:13-3: 15; saling mengerti satu sama lain (Luk 6:37-42; Rom 14-15:13), dan saling mengampuni (Mat 18:21-35; 2 Kor 2:5-11).
Maka adalah mandat dan tugas gereja agar pemuda mampu menjadi saksi di dunia, menjadi garam (Mat 3:13) dan terang (Mat 5:14). Sehingga generasi muda yang kini mayoritas mengidentitaskan dirinya berdasarkan what they have bergeser menjadi what they are. Di sini karakter dan integritas yang didasarkan iman berperan menentukan. Generasi muda kembali menjadi dirinya yang idealis, dinamis, berpengharapan, penuh semangat dan cita-cita. Mereka berani tampil beda tanpa takut untuk diasingkan seperti Yesus. Sehingga pemuda, baca juga gereja, tidak enggan untuk mengambil bagian di dalam civil society di dalam kehidupan berbangsa dan bertanah air di Indonesia. Dan Pemuda dan Gereja hanya bisa berperan jika ia a. tidak sama dengan Dunia dan b. mempunyai pandangan dan konsepnya yang berdasarkan visi misi perwujudan kerajaan Allah didunia.
Pemuda dan pemberdayaan dalam gereja adalah issue yang hangat dan penting dibicarakan, mengapa? Karena ini menyangkut kepada masa depan gereja. Dengan kata lain bisa disebutkan bahwa jika pemuda gereja (anggota dan pengurus KPA) tidak diberdayakan sedini mungkin, maka gereja akan kehilangan peluang untuk memanfaatkan potensi pemuda yang besar itu. Melihat kepada populasi pemuda dalam gereja yang cukup signifikan, maka sebenarnya tugas gereja yang sangat penting dikerjakan adalah memberdayakan mereka.
Beberapa hal yang bisa dicatat sebagai kerugian gereja jika tidak memberdayakan pemuda dalam gereja antara lain Pertama, gereja akan kehilangan satu generasi. Maksudnya bahwa kesinambungan pelayanan yang ada dalam gereja pastilah kehilangan satu generasi, yakni pemuda (usia kategorial pemuda itu). Tentu gereja tidak mau kehilangan generasi tersebut, karena itu seharusnya gereja sejak melayani anak-anak, remaja dan pemuda, sejak saat itu gereja sudah harus punya program pembinaan dan pemberdayaan kepada mereka. Kedua, gereja kehilangan populasi terbesar dalam pelayanan. Dapat dicatat dengan baik bahwa usia kategorial pemuda dalam gereja menduduki peringkat yang sangat besar, jika dikalkulasikan dengan data statistic penduduk dunia 60 % adalah generasi muda, Indonesia mencapai 65 % adalah generasi muda. Jadi kalau kitab tidak memberdayakan populasi yang besar ini maka akan terjadi ketidakseimbangan dalam gereja. Ketiga, gereja kehilangan masa depanya. Pemuda dan anak adalah masa depan gereja, karena itu gereja baik dalam tingkat sinodal maupun gereja lokal harus menggarap investasi untuk masa mendatang, karena pemuda dan anak adalah gereja masa depan.
Sekarang pertanyaan kita bagaimana melakukan pemberdayaan yang efektif kepada pemuda dalam gereja? Berdasarkan program dan kegiatan yang ada dan dilaksanakan oleh Departemen Pemuda dan Anak, maka dapat dicatatkan beberapa hal sebagai implementasi dari pemberdayan tersebut, yakni:
1. LIBATKAN PEMUDA DALAM PELAYANAN
Hal yang paling sederhana dan bisa dilakukan dalam gereja lokal untuk memberdayakan generasi muda adalah dengan melibatkan mereka dalam pelayanan. Mendorong para pemuda gereja untuk ikut aktif dalam pelayanan yang ada digereja mempuyai peluang yang besar untuk memberdayakan mereka, secara khusus mereka akan termotivasi untuk keterlibatan yang maksimal dalam pelayanan itu. Pada umumnya para pemuda yang terlibat dalam pelayanan sangat berpotensi untuk berkembang dalam kemampuan, talenta, bahkan karunia pelayanan. Rasanya hal ini bukanlah satu hal baru bagi kita, lihat saja di gereja kita masing-masing bagaima persentase keterlibatan pemuda dalam pelayanan yang ada? Kita bisa mengukur sendiri, mungkin 40-60 % atau lebih. Ada banyak tugas-tugas pelayanan yang bisa kita delegasikan kepada mereka.
2. TUMBUHKAN KEPERCAYAAN
Menumbuhkan kepercayaan dalam diri pemuda untuk terjun dan terlibat dalam pelayanan adalah point kedua untuk memberdayakan mereka. Maksudnya adalah bahwa ketika mereka (pemuda) terlibat dalam pelayanan gerejawi, hal yang penting kita sadari sebagai pemimpin adalah terus menumbuhkan kepercayaan mereka untuk tetap terlibat melayani. Hal ini menjadi sangat penting karena para pemuda membutuhkan kepercayaan dari para pemimpinnya. Bagaimana caranya kita menumbuhkan kepercayaan mereka yakni dengan memberikan dorongan dan motivasi bagi mereka, tidak hanya itu dalam waktu tertentu juga kita bisa memuji prestasi dan keberhasilan mereka dalam pelayanan. Sebisa mungkin hal yang bisa kita kerjakan untuk menumbuhkan kepercayaan mereka adalah dengan menambahkan tanggung jawab bagi mereka yang telah lulus dalam satu tanggung jawab tertentu.
3. KEMBANGKAN POTENSI BERDASARKAN KARUNIA PELAYANAN
Salah satu yang tidak boleh dilupakan oleh para pemimpin gereja dalam hal pemberdayaan pemuda yakni mengem-bangkan potensi yang mereka miliki. Potensi yang kecil jika terus menerus diasah (dibina dan dididik) maka akan berubah menjadi potensi yang besar, sebaliknya potensi yang besar jika dibiarkan begitu saja maka dalam waktu tertentu akan berangsur-angsur surut bahkan bisa saja lenyap dari peredaran. Jadi pemberdayaan harus dilakukan dengan mengembangkan potensi yang dimiliki para pemuda. Salah satu cara yang efektif untuk memberdayakan mereka adalah mendelegasikan tugas berdasarka karunia yang mereka miliki, maksudnya seseorang kita tempatkan atau tugaskan pada tugas yang sesuai dengan karunia pelayananya. Hal ini akan mendorong mereka lebih bersemangat, lebih bersungguh-sungguh dan termotivasi untuk mengerjakan tanggung jawabnya. Tingkat efektifitas pelayanan sangat mungkin terjadi jikalau pemimpin memposisikan seseorang pada bidang pekerjaan yang bukan hanya disukai, melainkan sesuai dengan karunia yang dimiliki para pemuda.
4. PERSIAPKAN MENJADI PEMIMPIN DI MASA MENDATANG
Untuk jangka panjang dalam rangka mempersiapkan masa depan gereja, maka salah satu hal yang perlu dikembangkan gereja untuk pemberdayaan pemuda adalah dengan mempersiapkan mereka sebagai pemimpin di masa yang akan datang. Maksudnya adalah bahwa jika kita sepakat bahwa pemuda adalah masa depan gereja, berarti pemimpin di masa yang akan datang bagi gereja adalah mereka. Patutlah kita mempertimbangkan satu upaya dan usaha bagaimana menyiapkan pemuda itu untuk menjadi pemimpin. Dalam hemat saya salah satu yang bisa dikerjakan oleh gereja adalah memberdayakan secara maksimal, bukan saja hanya terkait pada ketiga point di atas, namun gereja harus berani menginvestasi-kan sesuatu bagi kaum muda sehingga mereka dipersiapkan sebagai pemimpin yang akan datang. Investasi itu terdiri dari berbagai macam antara lain mendidik mereka dengan proyek-proyek pelatihan, mengembangkan mereka dengan lokakarya-lokakarya kepemimpinan dan hal yang menyangkut dengan kebutuhan pemimpin gereja, dan tidak tertutup kemungkinan gereja menyediakan fasilitas studi di dalam dan luar negeri untuk para pemuda yang potensial dan disiapkan sebagai pemimpin gereja.
Pemberdayaan bukanlah hal yang baru bagi kita, kalau kita melihat catatan Alkitab Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, sangat kaya dengan proyek-proyek pemberdayaan. Yesus Kristus dalam Perjanjian Baru adalah tokoh ulung yang memberdayakan murid-murid-Nya, karena itulah hasilnya sampai sekarang ini kita melihat gereja-gereja lahir dan hadir di belahan dunia ini. Ini adalah fakta nyata dari pemberdayaan. Jika kita ingin melihat masa depan gereja dengan gemilang, gereja harus melakukan pemberdayaan.
KESIMPULAN
Gereja dan pemuda adalah dua buah unsur yang tak terpisahkan. Para pemuda dan pemudilah yang merupakan asset potensial dalam gereja. Bukan basa-basi kita mengatakan bahwa “student today, leader tomorrow” (Pelajar hari ini, besok pemimpin”. Para pemuda gereja (Simatah daging)-lah yang akan menjadi gereja masa depan. Simatah daginglah yang akan menjadi pemimpin gereja masa yang akan datang. Nah, kalau gereja mau bagus kedepan, kalau gereja mau bertahan dalam dunia yang sudah dilanda krisis multi dimensional termasuk krisis iman dan krisis moral, maka gereja harus memprioritaskan pelayanan terhadap pemuda.
Akhirnya didalam fungsi dan tugas itulah gereja harus selalu dapat dan terus menerus melakukan pelayanan yang holistik tertutama terhadap pemuda (simatah daging) agar perkembangan hidup persekutuan dan keberadaan gereja dapat bertahan ditengah-tengah gelombang tantangan yang besar. Terima kasih
Sumber: http://simeonkudadiri.blogspot.com
No comments:
Post a Comment