Wednesday, March 7, 2012

RAPAT PENDETA GKPPD: PENDETA DALAM ERA DIGITAL


Bishop GKPPD
JAKARTA - Pdt. E. J. Solin S.Th, Bishop Gereja Kristen Protestan Pakpak Dairi (GKPPD), Kamis (23/2/2012) pada Rapat Pendeta di Graha Bethel Jakarta, minta pendeta harus sesuaikan diri pada era digital supaya tidak ketinggalan jaman.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang canggih harus berpacu tingkatkan pelayanan di tengah jemat.

Rapat Pendeta Gereja Protestan Pakpak Dairi dengan Tema "Diutus Untuk Berbuah" (Yoh.15:16); Sub Tema Pendeta GKPPD Memenuhi Standar Pelayanan Menghadapi Globalisasi, Modernisasi dan Perubahan berlangsung 22-26 Februari 2012 dibuka Dr. Saur Hasugian Dirjen Bimas Kristen Kementerian Agama RI.

Dia minta peserta rapat mengevaluasi program-program yang sudah dikerjakan tahun lalu dan bagaimana langkah-langkah, strategi supaya GKPPD dapat laksanan tuntutan organisasi dalam melaksanakan Tri Tugas Panggilan Gereja dalam masyarakat majemuk NKRI.

GKPPD yang berdiri tahun 1991 sukses selanggarakan Rapat Pendeta di Jakarta dengan hadirkan pembicara berbobot pada Panel Diskusi untuk pertajam wawasan dengan peserta datang dari seluruh Indonesia diantaranya Sahrianta Tarigan Ketua Pembina Yayasan Suara Nasrani Indonesia selaku anggota DPRD Jakarta Dua Periode, Franz Magniz Suseno, Imdad Wakasekjen NU, Dr. Juniver Girsang pengacara besar, Dr. Poltak Sibarani, dan lain-lain.

Drs. Sahrianta Tarigan MA dalam makalah berjudul  Merajut Persatuan Anak Bangsa dan Menperkokoh Kemajemukan Indonesia ajak pendeta pahami permasalahan bangsa sehingga menjadi bahan masukan dalam pembinaan jemat.

Persoalan akut adalah narkoba, gagalnya keluarga berencana, masalah hukum terutama perda bernuansa agama bertentangan ideologi NKRI dan lain-lain. Ada segolongan kecil berusaha merubah ideologi, pendeta diharap perkuat ideologi Pancasila.


Foto Bersama Peserta Rapat Pendeta GKPPD
Rapat pendeta gereja Kristen Prosestan Pakpak Dairi (GKPPD) meningkatkan standar pelayanan menghadapi globalisasi, moderenisasi dan perubahan.  Konsolidasi yang bertemakan di utus untuk berbuah, terambil dari ayat Firman Tuhan (Yohanes 15:16) dihadiri oleh Drs. Sahrianta Tarigan, MA. (anggota DPRD Provinsi DKI Jakarta), Romo Magnis Suseno (KWI), Sekjen PGI Gomar Gultom, dan Imdad (Wasekjen NU), dan moderator Favor Bancin (Sekretaris Eksekutif Bidang Marturia PGI).

Dari perspektif anggota legistatif Sahrianta mengatakan, Diskriminasi terus terjadi diberbagai daerah, bagaimana masyarakat minoritas Negara Indonesia diperlakukan.  Bahkan kongres Syariat Islam telah berjalan di Indonesia. Dibuka oleh Presiden SBY.  Menurut Sahrianta kami terus memperjuangkan serta mempertahankan pancasila dan UUD 45. Dan menghalau Indonesia dari tekanan lembaga-lembaga Islam. "Perjuangan mempertahankan Pancasila dan UUD '45 juga perjuangan mencegah NII dan Syariah," tegas Sahrianta Tarigan di Graha Bethel Jakarta, Kamis (23/2/12).

Sementara itu, Romo Magnis Suseno mengatakan, masyarakat lokal tidak boleh merasa terancam dari mayoritas. Jalin satu hubungan tolerasi untuk hidup berdampingan.  "Harus membangun hubungan dengan Islam lokal. Pastor harus bersilahturahmi dengan tokoh Islam di daerah. Maka akan berlangsung hubungan yang baik anatara masyarakat setempat," ungkap Romo Magnis.  Lebih lajut Magnis mengatakan, dasar negara harus berjalan secara adil dan benar. Lalu jangan lelah untuk menjalin hubungan terhadap kaum mayoritas. "Kita menuntut negara (agar) hak UUD '45 dijalankan dan dijamin. Tetapi kita jangan capai membangun hubungan yang baik," tegas Magnis.

No comments:

Post a Comment